Minggu (18/8) Dalam kehidupannya, manusia diberikan keleluasaan untuk berpikir. Tapi tidak semua manusia berpikir dengan imtaq dan imtek mereka. Padahal itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia terbagi dalam dua kategori yaitu yang memikirkan ulu hati ke bawah (syahwat atau tindakan tanpa peraturan) dan ulu hati ke atas (ash-sholah atau tindakan yang memakai peraturan). Dua aspek tersebut yang menentukan martabat manusia, ungkap K.H. Drs. Didik Purwodarsono dalam tausiyahnya pada acara Syawalan Keluarga Besar FIP.

 Lebih lanjut, Didik menjelaskan semua orang pasti akan mati, tapi tidak semua orang berani menghadapi mati. Maka dari itu ajaran Islam selalu mendidik umatnya untuk mempersiapkan kematian yaitu dengan mengembalikan manusia kepada fitrah. Peningkatan kualitas diri setelah digembleng pada bulan Ramadhan seharusnya lebih baik. Tapi pada kenyataannya banyak yang lebih lepas kendali setelah Ramadhan usai.

Seirama dengan apa yang disampaikan oleh Dekan FIP UNY, Dr. Haryanto, M.Pd. bahwa orang mati yang dibawa bukanlah harta, benda atau jabatan. Akan tetapi hanyalah amal yang telah dilakukan orang tersebut didunia. Didukung pula dengan yang disampaikan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. yang menekankan bahwa manusia harus selalu ingat mati dan siap dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Beliau pun bersyukur karena setiap tahun pasti ada karyawan atau dosen FIP yang melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Yang berkesempatan untuk ke Baitullah pada tahun ini adalah Dr. Sugito, M.A. beserta istri, Drs. Sutiman, M.Pd. beserta istri, Kartika Nur Fathiyah, M.Si. beserta suami dan Hadimin, S.Pd.

Acara yang diadakan di lapangan Hijau FIP UNY ini dihadiri kurang lebih 350 orang  keluarga besar FIP UNY yang terdiri dari Dosen, Karyawan, Pensiunan, dan Emiritus FIP UNY beserta pasangan. Dalam acara Syawalan ini diselipkan pula Pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Bapak Hadimin, hiburan lagu rohani dan pengumuman pemenang Mahasiswa Berprestasi dan Karyawan Simpatik. (ant)