YOGYAKARTA – Pencegahan perundungan atau bullying kini menjadi fokus utama Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selama tujuh tahun terakhir, tim peneliti FIPP UNY melakukan riset intensif di berbagai sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah teknik menengah (STM) di Kota Yogyakarta. Hasilnya dituangkan dalam bentuk Komunitas Sahabat Yogya Anti-Bullying (KoSaYo-AB), yang resmi dibentuk pada hari Selasa, 26 November 2024.

Komunitas Sahabat Yogya Anti-Bullying (KoSaYo-AB) resmi diluncurkan sebagai upaya konkret mencegah dan mengurangi kasus perundungan di lingkungan sekolah. Inisiatif ini lahir dari penelitian yang diketuai oleh Dr. Ariefa Efianingrum, M.Si., bersama tim peneliti Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si., Dr. Shely Cathrin, M.Phil., Dr. Deni Hardianto, M.Pd., dan Maryani, M.A., dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Sejak 2017, tim ini telah melakukan riset di 10 SMP dan 2 STM di Kota Yogyakarta untuk memahami pola dan dinamika bullying yang rentan terjadi di sekolah.

Dr. Ariefa Efianingrum, M.Si., menjelaskan bahwa kolaborasi adalah kunci dalam upaya mencegah bullying di lingkungan pendidikan. “Kami berharap gerakan ini melibatkan lebih banyak pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi semua siswa,” ungkapnya.

Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si. Selaku ketua komunitas Sahabat Yogya Anti Bullying menyatakan bahwa penelitian ini menemukan banyak siswa SMP merupakan kelompok rentan baik sebagai pelaku maupun korban bullying, yang kerap berlanjut hingga jenjang STM.

“Dari data kami, perilaku bullying di STM itu sering kali berasal dari kebiasaan yang sudah terbentuk sejak di SMP. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan pihak SMP sebagai mitra utama dalam upaya pencegahan ini,” ungkapnya.

KoSaYo-AB akan mengadopsi berbagai pendekatan untuk mencegah dan mengurangi kasus bullying, termasuk:

• Platform digital edukasi anti-bullying berisi video, poster, dan narasi kampanye.
• Sosialisasi pencegahan bullying di sekolah dan masyarakat.
• Kanal cerita penyintas, yang memberikan ruang bagi mantan korban untuk berbagi pengalaman guna menginspirasi korban lainnya.

“Saat ini, akses kanal digital masih terbatas untuk komunitas internal KoSaYo-AB, tetapi kami terus mengembangkan sistemnya agar dapat menjangkau lebih banyak pengguna.

Kerja Sama dengan 10 SMP

KoSaYo-AB selama ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kota Yogyakarta dan sepuluh SMP mitra, di antaranya:

1. SMPN 1 Yogyakarta
2. SMPN 2 Yogyakarta
3. SMPN 6 Yogyakarta
4. SMPN 11 Yogyakarta
5. SMPN 14 Yogyakarta
6. SMP Muhammadiyah 2
7. SMP Muhammadiyah 6
8. SMP Muhammadiyah 9
9. SMP IT Abu Bakar
10. SMP Stella Duce

Dan tidak menutup kemungkinan akan berkerja sama lebih banyak sekolah dan instansi kedepannya.

Kepala Dindikpora Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori, SE., M.Si., menilai keterlibatan SMP sebagai kolaborator sangat strategis. “SMP adalah masa pertumbuhan di mana anak-anak mudah terpengaruh. Sosialisasi dan pendampingan sangat dibutuhkan untuk mencegah kebiasaan buruk ini menjadi budaya,” katanya.

Menurutnya, jika bullying verbal terus dibiarkan, hal tersebut bisa berkembang menjadi bullying fisik. Oleh karena itu, Dindikpora mendukung penuh KoSaYo-AB untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif.

Yogyakarta Menuju Kota Bebas Bullying

Komunitas ini diharapkan menjadi motor penggerak utama dalam membangun budaya anti-bullying di Yogyakarta, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di tengah masyarakat. Melalui kolaborasi ini, Yogyakarta bisa terbebas dari budaya kekerasan dan menjadi kota yang aman bagi generasi muda untuk menempuh pendidikan.”

Dengan semangat bersama, KoSaYo-AB menjadi langkah nyata untuk menjadikan Yogyakarta sebagai kota pelajar yang ramah, aman, dan inspiratif.